Adab Orang Sunda

image

Sopan santun yang Sunda punya
diantaranya adalah sebagai berikut

Jika lewat di depan rumah
seseorang, dan kebetulan orangnya
ada di beranda rumah atau
kelihatan, seseorang yang lewat
harus mengucapkan “punten/
permisi�.

—Jika lewat di depan orang yang
jauh lebih tua dan jaraknya dekat,
misalnya dalam suatu pertemuan
atau riungan, maka diharuskan untuk
membungkukan badan dengan
tangan kanan lebih rendah daripada
tangan kiri seolah-olah tangan kanan
sedang memungut sesuatu sambil
mengucapkan “punten/permisiâ
€�.

—Ketika makan, tidak boleh ada
suara dari mulut ketika mengunyah.

—Tidak kentut di depan orang yang
lebih tua atau di depan orang,
apalagi seorang gadis/wanita, sangat
dipantang.

—Memanggil orang yang lebih tua
dengan sebutan:
Untuk lelaki yang kira-kira dipandang
masih pemuda, dengan kata “Aa/
Akang [Abang]â€� untuk wanita â
€œTeteh/Ceceu [Kakak]â€�
Untuk lelaki yang sudah tua, bisa
dengan kata-kata “Mang [Paman]
dan Bapak, untuk wanita “Bi atau
Ibu�

—Diharamkan memanggil yang
lebih tua dengan namanya!!

—Jika menunjukan sesuatu,
diusahakan tidak mengacungkan
telunjuk tetapi memakai jempol
dengan jari-jari lain dirangkapkan
dan ketika menunjukkan arah badan
harus agak membungkuk

—Ketika duduk duduk dengan
orang tua dalam suatu jamuan atau
riungan, ketika duduk di lantai, lelaki
harus bersila sedangkan wanita
harus ‘emok/bersimpuh’

—Ketika dalam riungan dan
disuguhkan makanan, orang paling
tua lah yang pertama mendapat
kesempatan untuk mengambil
makanan, jadi dipantang seorang
muda melakukannya duluan

—Ketika berbicara dengan orang
tua, kita harus menggunakan bahasa
halus

—Tidak boleh sembarangan
meludah

—Kalau berbicara dengan orang
tua, tidak boleh memandang mata
dan usahakan untuk mendengarkan
dulu.

—Tidak boleh berkacak pinggang di
depan orang yang lebih tua

—Jika orang tua sedang berkumpul
apalagi kedatangan tamu, anak kecil
tidak boleh nimbrung

—Tidak boleh mendorong kepala
seseorang

—Diusahakan menyapa orang yang
lewat depan rumah kita [orang-orang
yang sopan santunnya tinggi selain
menyapa juga menawarkan untuk
singgah dan minuman]
Saya selalu teringat kata-kata berikut
“Neng/Ujang/Ceu/Mang, barade
kamana, linggih heula, cai-cai mah
aya� yang artinya “mau pada
kemana, mampir dulu, kalo cuman
air sih ada�.

—Jika kita membicarakan sesuatu
yang halnya bersifat resmi harus â
€œmalapah gedangâ€� artinya tidak
langsung ke inti obrolan.. tapi mesti
ada basa-basi terlebih dahulu

—Untuk tatakrama pemanggilan
dalam keluarga, semua mengikuti
hirarki, tidak mengikuti siapa yang
lebih tua. Contohnya : Jika Abi dan
Abu bersaudara, dimana Abi adalah
kakaknya Abu maka semua
keturunanya pun akan mengikuti
hirarki ini. Jadi ketika anak Abu lebih
tua dari Anak Abi, maka yang
menghormat adalah anak Abu
dengan memanggil “Aa/teteh�
kepada anak Abi, bukan sebaliknya.

—Adalah tidak sopan, ketika kita
lagi makan di rumah dan kebetulan
ada seseorang yang lewat dan
melihat kita makan sedangkan kita
tidak menawarkan makanan
tersebut.

—Tamu harus diberi suguhan
minimal air [namun di kampung saya
orang tua zaman dulu sadis pada
anaknya demi menjamu tamu [lebai],
hingga jika ada kue, penganan atau
buah-buahan maka yang ada
dipikiran mereka “buat tamu�,
hingga jika kita ngambil tanpa
persetujuan orang tua walaupun
makanan itu terpampang jelas di
lemari kita akan dimarahin habis-
habisan….] hehehehe

Aku rindu kalian orang tua zaman
dulu, karena ketika kami bertamu,
maka pulangnya seolah-olah kami ini
raja dimana kami sebelumnya dijamu
dan pulangnya dibekalin makanan/
ongkos.
Dan saya juga teringat, demi
menjamu tamu, nenek saya rela
menghutang ke warung untuk
membeli makanan atau minuman!!!!
Super…luar biasa

sumber

frutablendlovers.com

keterangan alternative

  1. Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar